Kelompok Konstituen (KK) merupakan bagian penting dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat, khususnya bagi kelompok rentan dan marginal. Oleh karena itu, penguatan peran Pendamping dan Pengurus Inti KK menjadi krusial dalam upaya memfasilitasi kelompok konstituen dalam berbagai aspek. Alasan utama mengapa penguatan pendamping dan pengurus inti KK sangat penting adalah untuk meningkatkan kapasitas dalam penanganan pengaduan dan Layanan Komunitas. Dengan adanya pendamping yang memiliki kapasitas mumpuni, Pendamping yang kuat mampu membangun sistem pengaduan yang responsif, memastikan penanganan pengaduan terselesaikan dan ditindaklanjuti dengan tepat. KK diharapkan dapat melakukan proses-proses: mengadvokasi kebijakan yang inklusif agar suara kelompok rentan didengar dalam proses pengambil kebijakan, mengedukasi masyarakat mengenai hak-hak politik mereka dan pentingnya partisipasi dalam demokrasi dan mengarusutamakan Isu Perubahan Iklim (Climate Change) bagi kelompok rentan.
Perubahan iklim sangat berdampak pada kelompok rentan, terutama mereka yang bergantung pada lingkungan untuk mata pencaharian mereka. Oleh karena itu: Pendamping KK dapat memberikan edukasi kepada komunitas mengenai dampak perubahan iklim dan bagaimana menghadapinya.Mendorong kebijakan yang lebih berpihak pada kelompok rentan dalam menghadapi perubahan iklim. Membangun kapasitas komunitas dalam mitigasi dan adaptasi terhadap bencana akibat perubahan iklim. Penguatan pendamping dan pengurus inti Kelompok Konstituen sangat penting dalam memastikan bahwa kelompok rentan dan marginal mendapatkan perlindungan sosial yang layak, memiliki akses terhadap layanan komunitas, serta dapat berpartisipasi dalam pengambilan kebijakan, termasuk dalam isu perubahan iklim. Dengan kapasitas yang lebih kuat, mereka dapat menjadi agen perubahan yang efektif dalam memperjuangkan keadilan sosial bagi komunitasnya.

Kegiatan Penguatan Pendamping dan Pengurus Inti Kelompok Konstituen merupakan bagian dari Penguatan KK untuk Penyedian Layanan Komunitas (kekerasan dan perlinsos), Advokasi Kebijakan, Partisipasi Politik dan isu climate change di Kota Parepare di buka oleh Abd. Samad Syam, coordinator program Inklusi Parepare di salah satu Rumah Warga di Kelurahan Mallusetasi, Kota Parepare, 10 Februari 2025.
Samad Syam, dalam sambutannya mengatakan bahwa YLP2EM mitra BaKTI dalam Program Inklusi di tahun 2025 selain fokus pada penguatan KK terkait pendampingan dan advokasi penanganan Korban Kekerasan dan Perlinsos, juga memberikan pemahamanan kepada masyarakat terkait isu perubahan iklim.
Lebih lanjut, Samad menjelaskan, keterkaitan kondisi rumah tangga dan harmonisasi keluarga tidak terlepas dari dampak perubahan iklim. Menurutnya, perubahan iklim atau cuaca yang tidak menentu dapat mempengaruhi produktivitas masyarakat, dalam menunjang kebutuhan hidup sehari-hari. Misalnya, kalau musim kemarau, potensinya kan gagal panen atau timbul kebakaran. Contohnya lagi, musim hujan lebat misalnya apa dampaknya, banjir atau nelayan tidak bisa melaut karena angin kencang. “Otomatis aktivitas masyarakat terganggu, pendapatan berkurang. Potensi timbulnya cek cok rumah tangga paling banyak dipengaruh kan karena masalah ekonomi. Akhirnya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Sehingga, melalui pendampingan hari ini, pihaknya menghadirkan narasumber dari Kepakaran Bioteknologi Pertanian, Prof Iradhatullah Rahim, untuk mengedukasi Kelompok Konstituen sebagai fasilitator masyarakat di Kelurahan masing-masing, terkait upaya produktif yang dapat dilakukan di tengah kondisi perubahan iklim yang terjadi.

Sementara Iradutullah Rahim, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Parepare, menjelaskan secara komprehensif tentang dampak perubahan iklim terhadap kehidupan sehari-hari.
Lebih Lanjut Iradatullah dalam pemaparannya menjelaskan empat dampak utama yang perlu diwaspadai, yaitu peningkatan suhu udara, cuaca ekstrim dan bencana alam, kenaikan harga bahan pangan, serta meningkatnya resiko penyebaran penyakit.
“Perubahan iklim bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga berdampak langsung pada ekonomi rumah tangga misalnya. Ketika suhu meningkat, kebutuhan Listrik dan air juga meningkat belum lagi risiko gagal panen yang bisa menyebabkan kenaikan harga pangan,’’ jelas Iradutullah.
Dalam materinya, Iradatullah memperkenalkan berbagai Solusi praktis berbasis bioteknologi yang dapat diterapkan di rumah tangga. Salah satu yang diajarkan adalah pembuatan kompos dari limbah dapur dengan menggunakan bioktivator. Peserta diajarkan cara mebuat bioktivator dari bahan-bahan sederhana seperti kukit buah, sisa sayuran, dan air cuci beras. “Bioktivator ini berfungsi mempercepat pengomposan. Selain mengurangi sampah organic, kompos yang dihasilkan juga bisa dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman dipekarangan rumah,” tambahnya. Iradatullah juga memperkenalkan inovasi eco_enzyme, yaitu cairan hasil fermentasi limbah yang biasanya dibuang, ‘’terang Iradutullah Rahim.

Program ini secara khusus menyasar ibu-ibu sebagai agen perubahan praktis tentang cara mengurangi sampah rumah tangga, menghemat energi dan air, memilih produk ramah lingkungan, serta menanam dan menghijaukan lingkungan. “Ibu-ibu memiliki peran strategis karena mereka yang mengelola rumah tangga sehari-hari. Dengan pemahaman yang baik tentang dampak perubahan iklim dan cara mengatasinya, mereka bisa membuat perubahan nyata dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga,”ungkap Iradatullah.
Kegiatan ini difasilitasi oleh Abd.Muin Rahman, fasilitator pendampingan masyarakat yang dihadiri oleh Pendamping dan Pengurus KK. Pada seri kedua ini menghadirkan 4 perwakilan dari 8 (depalan) KK yakni; KK. Mandiri, KK. Sipakamase, KK.Srikandi, KK.Bahagia, KK.Melati Indah, KK.Harapan, KK.Flamboyan dan KK.Lasinrang. Kegiatan ini dihadiri 42 peserta (34 perempuan; 8 Laki-laki), Pendamping LBK-KK, Pengurus KK, Perguruan Tinggi, dan media serta Tim Inklusi-YLP2EM.